Sumber gambar // Okezone |
Ketika
itu, pada ketinggian 3.500 meter dpl, Jean-Jacques Dozy terperangah melihat
sebuah bukit yang tampak hitam pekat, menjulang dengan ketinggian 75 m di atas
padang rumput alpin. Naluri geologinya mengatakan, bukit yang sedang dilihatnya
itu adalah sebuah cebakan mineral yang teramat kaya. Spontan ia menamakan puncak
itu Ertsberg atau Gunung Bijih. “Tak salah lagi,“ kata Dozy ketika itu, “tak
seorang geolog pun bisa tertipu oleh gunung hitam ini. Titik hijau dan birunya terlalu
nyata untuk mendeteksi kandungan tembaga yang kaya di dalamnya.” Jean Jacques Dozy
menerbitkan laporan tentang semuannya itu tahun 1939. Namun, karena Perang
Dunia II pecah, laporan itu tidak menjadi prioritas yang akan ditindak lanjuti
negara -negara Eropa pada saat itu.
Akhirnya,
laporan Dozy terlupakan dan teronggok berdebu di Perpustakaan Universitas
Leiden. Barulah pada 1959, Forbes Wilson, geolog asal Freeport Sulphur Company
yang berpusat di Louisiana, Amerika Serikat, saat melakukakan riset kepustakaan,
menemukan laporan Dozy tersebut. Laporan itu kontan membuat bulu kuduk Wilson
bangkit karena ia tahu bahwa ia sedang dalam proses menemukan sebuah “harta
karun” yang tak terhingga nilainya. Untuk membuktikan semuannya itu, pada tahun
1960 Forbes Wilson terbang ke Papua yang saat itu masih dikuasai Belanda untuk
mendaki puncak Emas (Ngga Pulu).
Bila
pada 1936 untuk mencapai tempat itu Dozy memerlukan waktu 57 hari setelah diterjunkan
dengan parasut, tetapi di tahun 1960, Wilson hanya memerlukan 17 hari, dengan
menggunakan tenaga para pemuda Amungme. Sesampainya di sana, Wilson, dengan
peralatan yang lebih lengkap dan canggih dari pendahulunya, segera menemukan
kesalahan Dozy. Gunung Bijih itu bukan 75 meter tingginya, melainkan 179 meter.
Lebih dari itu, Wilson juga memperkirakan, kandungan tembaga dari Ertsberg
bahkan bisa ditemukan hingga kedalaman 360 meter (George A. Mealey, 1996).
Masih banyak misteri yang tertutup rapat, Mari rame-rame kita cari tahu.
Masih banyak misteri yang tertutup rapat, Mari rame-rame kita cari tahu.
Sumber : Frans P Kafiar dalam Jurnal EKOSAINS
This post have 0 komentar
1. Dibutuhkan Kritik dan Saran Yang Membangun
2. Kritik dan Saran Harus Sesuai Konten Tulisan
3. Terima Kasih Telah Berkunjung
EmoticonEmoticon