sandalwood or Chandan tree or Santalum album |
Cendana boleh ditanam di seluruh Indonesia tetapi yang paling wangi hanya ada di NTT. Tidak juga di Jogya. Komodo boleh ada di Inggris, Amerika, Semarang, tetapi yang indah dan bisa berkembang biak hanya di Mangarai Barat. Ada Taman Nasional Komodo, ada Kelimutu, Pink Beach, Pasola, Kubur Batu, Liang Bua. Potensi itu harus dioptimalkan," kata Hilman menggambarkan kekayaan sumberdaya alam NTT dalam poskupang.com. Tentu Kren bukan.
***
Sejujurnya saya tidak banyak
paham tentang Negeri (tanah) Timor,
apalagi dengan Pohon Cendana-Nya. Namun tulisan ini sengaja saya buat sebagai
bentuk apresiasi saya ketika mengikuti seminar salah seorang mahasiswa Pasca
Sarjana di Kampus saya. Institut Pertanian Bogor. Ada point yang begitu penting, ketika
mahasiswi tersebut membuka seminar. Pada bagian latar belakang mahasiswi
tersebut menyebutkan bahwa, Pohon
Cendana memiliki harga jual yang tinggi karena aroma wangi yang dimiliki
cendana tersebut.
Pada tulisan kali ini fokus saya hanya akan ada pada persoalan cendana sebagai suatu kebanggaan Masyarakat NTT termasuk Indonesia, kemudian yang berikutnya akan saya lanjutkan dengan persoalan nasib Cendana yang semakin lama-semakin menjadi sejarah. selamat membaca.
Cendana
Menjadi Kebanggan
Kurang lebih sekitar abad ke-16, Pulau Timor di kenal luas di dunia perdagangan karena Pohon Cendanya. Saat itu Cendana Timor merupakan, satu-satunya cendana terbaik dunia. Bahkan berabad-abad sebelum itu, pedagang Cina dari Makau dan Hong Kong telah merambah Timor melalui jalur rahasia. Tak heran, Timor dikenal dengan nama Nusa Cendana.
Para pedagang dari seluruh dunia mampir dan mengunjungi Timor untuk keperluan cendana (meski kulit sapi juga memegang peranan penting saat itu). Wang Da Yuan dalam perjalanannya pada tahun 1350 mencatat dalam tulisan berjudul “Daoyi Chi Lue” bahwa di wilayah Timor hanya tumbuh pohon cendana. Cendana di Timor dapat diperdagangkan dan ditukar dengan perak, besi, porselen, kain dan manik-manik.
Berbagai sumber menyebutkan bahwa Negeri Timor sudah berhubungan dengan China pada abad awal masehi. Tidak hanya itu saja, bukti bahwa Cendana memiliki peranan penting saat itu bisa disaksikan dari eratnya hubungan pulau Jawa dan Timor saat itu. Hubungan antara tanah Jawa dan tanah Timor ini dicatat oleh Chau Ju Kua pada tahun 1225. Dalam catatannya Chau Ju Kua menyebutkan bahwa Timor dan Jawa berhubungan karena Timor memiliki peranan penting dengan adanya Cendana terbaik. Tidak hanya Jawa dan China.
Tercatat juga dalam sumber naskah Portugis yang menyebut Timor sebagai pasar Cendana yang sangat ramai. Begitu pula seperti Nagarakertagama yang ditulis oleh Empu Prapanca pada 1365 telah menyebut Timor di dalam naskahnya
Sumber lain menyebutkan bahwa telah terjadi kontak pada beberapa abad yang lalu antara India dan Timor. Cendana digunakan oleh orang India dalam skala yang besar untuk beberapa keperluan mendasar, misalkan wewangian untuk keperluan pewangi ruangan, kemudian untuk religious, lalu ada juga untuk keperluan aromaterapi. Pelabuhan Atapupu menjadi jalur utama bagi pintu masuk para pedagang dari berbagai penjuru dunia. Saat itu para pedagang menyebut pelabuhan Atapupu dengan sebutan Pelabuhan Namon Sukaer.
Itu pengantar singkat saya. Saat itu Cendana memegang peranan penting ekonomi.
Itu pengantar singkat saya. Saat itu Cendana memegang peranan penting ekonomi.
Pertanyaannya apakah saat ini Cendana masih menjadi kebanggaan, ataukah hanya sebagai simbol kebanggaan masyarakat di Tanah Timor. Jangan-jangan cerita ini mirip dengan yang di alami masyarakat Papua. Mereka hampir kehilangan Cendrawasi, meski di beberapa abad lalu Cendrawasi menjadi primadona oleh saudagar-saudagar penjelajah bumi. Saya harap cendana tetap menjadi primadona yang memberikan makan dan minum.
Terlepas dari itu, tentunya saya ingin sampaikan bahwa Negeri Nusa Cendana Pernah memegang peranan penting pada perekonomian dunia. Tentunya ini membanggakan. Setidaknya Negeri Timor perna menjadi kebanggaan nusantara.
Terlepas dari itu, tentunya saya ingin sampaikan bahwa Negeri Nusa Cendana Pernah memegang peranan penting pada perekonomian dunia. Tentunya ini membanggakan. Setidaknya Negeri Timor perna menjadi kebanggaan nusantara.
Ironi Untuk Cendana
Cendana yang dalam dunia
perdagangan dikenal dengan nama sandalwood,
merupakan salah satu tanaman asli Indonesia yang merupakan pohon endemik di
Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Kabupaten Maluku Tenggara Barat (Surata,
2007).
Geliat perekonomian berbasis
cendana di Nusa Tenggara Timur (NTT) telah dimulai sejak tahun 1436, dengan
produksi pada tahun 1910-1916 mencapai 14.674 pikul, setara 917.125 Kg (Ardhana, 2005). Produksi tertinggi sebesar 2.458.594 Kg (Banoet, 2001), rata-rata
kontribusinya terhadap PAD NTT mencapai 38,26% tahun 1989/1990-1993/1994, dan
mengalami penurunan menjadi 12,17% pada tahun 1995/1996-1999/2000 (Darmokusumo, 2001).
Penurunan produksi dan ekspor
serta kontribusi diakibatkan oleh eksploitasi secara massive, menyebabkan
cendana dalam kategori hampir punah, dan kebijakan yang mengabaikan
kepentingan, eksistensi masyarakat dan kepemilikan serta digunakan sebagai alat
kontrol negara (McWilliam, 2005).
Akumulasi persoalan sosial-budaya dan ekonomi menimbulkan kekecewaan masyarakat yang bermuara pada trio-stigma yang menempatkan cendana sebagai hau plenat atau kayu pembawa perkara, hau nituatau kayu setan dan hau lassi atau kayu yang dikuasai pemerintah (Njurumana, 2013).
***
Seiring waktu yang terus
bergulir, kini Cendana meninggalkan untaian kisah masa lalu, julukan Nusa
Cendana bagi tanah Timor semakin pudar. Bahkan fakta yang mencengangkan adalah
bahwa beberapa waktu ke depan bukan lagi NTT yang menjadi penghasil Cendana
terbesar di dunia. Produksi Pohon Cendana Terbesar akan berpindah tangan pada
negeri kangguru yakni Australia. Saat
ini mereka (Australia) memiliki beribu-ribu hektar tanah yang dikelolah untuk
menanam pohon Cendana, tentunya nama besar tanah Timor sebagai Nusa Cendana
akan memudar bahkan bisa jadi hilang Pamor nya.
Ribuan batang pohon cendana
yang dulu diagungkan dalam cerita klasik Cina, bahkan pun India, tak lagi tampak. Usaha budidaya Cendana pun tidak berjalan mulus diterpa berbagai persoalan yang semakin memanas. Tidak hanya dari tatanan biroksari, bahkan juga dari tatanan
masyarakat yang terpengaruh arus perubahan globalisasi, dan tuntutan arus
moderenisasi. Jutaan bibit cendana yang
ditanam di pelosok tanah Timor tak ayal dihadang kematian yang menyergap setiap
pucuk daun pohon cendana yang mulai mekar.
Pertanyaannya Mengapa
Australia yang sama sekali tidak memiliki cerita panjang dengan Cendana akan
Berjaya dalam beberapa dekade ke depan ? Mengapa Negeri Timor yang dulunya
memegegang peranan penting, sekarang harus takluk oleh Australia.
Harapan saya Semoga Cendana
NTT tetap menjadi yang terbaik
***
Kembali lagi kepada si
Mahasiswi asal NTT yang seminar tersebut. Pada seminar itu si mahasiswi
tersebut dengan berapi-api mengatakan bahwa perlu adanya sosialisasi yang
mendalam dan terus-menerus kepada masyarakat agar pohon cendana tetap terjaga.
Pada intinya penelitian nya bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan bibit
cendana, yang tentunya akan bermuara pada kembalinya Cendana sebagai
(benar-benar) sebuah Ikon NTT.
Menurut saya dalam prespektif
yang berbeda, penelitian mahasiswi asal NTT tersebut dapat dikatakan sebagai
sebuah upaya perlawanan terhadap suatu sistem dan rezim. Untuk memperjelas,
Rezim yang saya maksud adalah segalah sesuatu
bentuk yang selamai ini turut mendukung pemusnahan Cendana. Rezim tersebut telah tersusun secara
sistematis, dan tidak pernah disadari oleh masyarakat di Tanah Timor. Mereka
hanya kaget ketika Cendana mereka sudah mulai habis. Padahal menurut mereka
(masyarakat di Tanah Timor) Pohon cendana merupakan pohon-pohon kramat yang
seharunya dijaga dan dilestarikan terus menurus dari generasi ke generasi
hingga kepada anak dan cucu mereka.
Sekali lagi pujian buat mereka
yang berjuang (berjuang dalam bentuk apapun) untuk mempertahankan warisan para leluhur. Menurut
saya Mahasiswi ini telah berjuang di rana akademisi. Sebenarnya, DIA secara
tidak sengaja telah sejalan bahkan telah mempraktekan apa kata Paulo Freire ( Tokoh
Pendidikan Kaum tertindas asal Brazil). Menurut Paulo Freire, cara terbaik
keluar dari kebodohan adalah dengan instrument pendidikan. Pada akhir sesi, Dosen pembimbing dan
moderator dalam seminar tersebut memberikan apresiasi atas penelitian tersebut,
kata mereka penelitian ini sangat menarik dan harapanya beberapa instasi di NTT
termasuk lembaga akademisi dapat bekerjasa sama dalam menjaga Cendana.
Save Cendana
Save Cendana
Salam.
RICKY, bogor 20 Maret 2018
This post have 0 komentar
1. Dibutuhkan Kritik dan Saran Yang Membangun
2. Kritik dan Saran Harus Sesuai Konten Tulisan
3. Terima Kasih Telah Berkunjung
EmoticonEmoticon