Pendapat Tokoh, Tentang Dialog Papua - Jakarta - Ricardus Keiya
-->

Monday, September 11, 2017

Pendapat Tokoh, Tentang Dialog Papua - Jakarta

author photo
Dr. Socratez Sofyan Yoman
Ilustrasi Dialog
Pada dasarnya dialog dapat diartikan sebagai sebuah bentuk  diskusi yang dilakukan oleh beberapa stakeholder  (pihak yang berkepentingan). Dialog sendiri pada dasarnya akan membahas   mengenai bagaimana mencari soslusi dari suatu persoalan.

Bicara tentang dialog, tentu belakangan ini kuping saya hampir panas. semua orang bahkan semua media membicarakan isu tentang dialog Papua.  Disini bicara dialog Papua, disana bicara tentang dialog Papua. Semua sisi, semua lini yang ada hanya dialog Papua.

Lantas Sebenarnya Apa Sih Yang Disebut Dialog Papua ? 

berikut penjelelasan singkat, bagaimana gagasan dialog Papua muncul. 
lengkapnya bisa dibaca di : Titik didih, Dialog sebagai Jalan Damai Papua.
***
Membaca kemacetan proses perdamaian di Papua, para peneliti LIPI yang dipimpin Adriana Elisabeth menggelar serangkaian penelitian di Papua. Pada 2004, tim itu menghasilkan laporan Peran dan Kepentingan Para Aktor dalam Konflik di Papua. Dua laporan lainnya menyusul, Agenda dan Potensi Damai di Papua (2005) serta Trust Building dan Rekonsiliasi di Papua (2006). Muridan yang kala itu tengah menyelesaikan program doktoralnya di Leiden tak sepenuhnya terlibat dalam penyusunan ketiga laporan itu.

Dua dokumen terakhir kontroversial karena menggagas dialog untuk menyelesaikan konflik di Papua. Proyek penelitian itu sempat terhenti pada 2007, hingga Muridan datang dari Belanda. Ia menggulirkan penyusunan dokumen Papua Road Map (versi pendek 2008, versi lengkap 2009) yang merinci tahapan menuju dialog bagi penyelesaian konflik di Papua.

Papua Road Map sempat dianggap klise oleh sebagian Indonesianis yang meneliti Papua. Namun, banyak pula pihak yang angkat topi dengan keberanian peneliti LIPI mengungkap akar konflik Papua dan menaruh dialog sebagai solusinya. Apresiasi juga datang dari gerakan masyarakat sipil di Papua serta para tokoh gereja. Pada 2009, tokoh agama di Papua, Pastor Neles Tebay, Pr, menyusun bukuDialog Jakarta–Papua, Sebuah Perspektif Papua menjawab Papua Road Map LIPI.

Berdengungnya gagasan dialog di kalangan akademisi dan aktivis gerakan sipil di Jakarta ataupun Papua, juga komunitas internasional, mendorong Muridan dan para peneliti LIPI ”keluar dari habitat” berteori mereka. Bersama para tokoh di Papua, mereka turun tangan melakukan kerja layaknya para aktivis perdamaian memediasi konflik.

Muridan dan Neles Tebay memotori berdirinya Jaringan Damai Papua (JDP) pada Januari 2010, yang menghimpun para aktivis Papua menjadi fasilitator perdamaian. JDP berkeliling ke beberapa wilayah Papua, Jakarta, dan luar negeri, berkonsultasi dan mengampanyekan dialog sebagai jalan memulai proses perdamaian di Papua. JDP mengolah pendapat dan masukan orang Papua tentang gagasan dialog Jakarta-Papua, mulai dari agenda dialog, tempat, format, dan juru runding dari pimpinan Papua akar rumput.

Bagaimana Tanggapa Tentang Dialog Saat Ini ? 

Berbicara soal pro dan kontra, sebenarnya tanpa sadar,  kita terbawa  masuk ke dalam dunia yang dinamakan ide. Semua orang tentu berhak memberikan ide-ide mereka dalam menanggapi sebuah situasi, namun tentunya dengan bobot yang berimbang. berikut tanggapan bapak Dr. Socratez Sofyan Yoman yang dikutip langsung dari dinding FB pribad.
Dr. Socratez Sofyan Yoman [Souces Image]
Pendapat  Dr. Socratez Sofyan Yoman Tetang Dialog Jakarta:
Untuk menjawab pertanyaan dalam topik ini, saya (
Dr. Socratez Sofyan Yoman)  mempunyai beberapa argumentasi.
  1. Pepera 1969
    Pepera 1969 dilaksanakan sistem Indonesia musyawarah dan perwakilan yang seharusnya sistem one man one vote (satu orang satu suara) sesuai Perjanjian New York 15 Agustus 1969. Perjanjian Internasional ini dihancurkan oleh bangsa Indonesia dan telah kehilangan hak politik rakyat dan bangsa West Papua.  New York Agreement yang ada jaminan instrument hukum internasional saja dihancurkan oleh bangsa Indonesia dan pepera 1969 dianggap sah menurut mereka ( Indonesia) sampai saat ini.
  2. Otonomi Khusus 2001
    Otsus adalah solusi final atau penyelesaian menang-menang antara tuntutan West Papua Merdeka harga hidup (dinamis) dan NKRI harga mati.  Solusi bermartabat & merupakan kemengangan Indonesia dan Otsus itu mendapat jaminan UURI No 21 Tahun 2001 dan dukungan kuat komunitas Internasional. Tapi Otonomi Khusus ini dihancurkan oleh Indonesia sendiri.
  3. Membelokan Masalah
    Bangsa Indonesia adalah salah satu bangsa di dunia yang paling ahli dalam menipu dan membelokkan masalah.  Contohnya: Masalah politik diarahkan ke kesejahteraan, budaya dan infrastruktur. Persoalan pelanggaran berat HAM yang merupakan kejahatan negara dikaburkan sampai hari ini. Belum pernah ada penyelesaian salah satu kasuspun bahkan pembunuh yang kriminal dan bajingan itu disebut pahlawan
  4. Dialog Sektoral
    Saya sangat prihatin, bangsa Indonesia akan sampaikan kepada dunia interbasional bahwa untuk apa dialog dengan ULMWP karena sudah Dialog Sektoral sudah dilaksanakan. Masalah West Papua sudah selesai lewat Dialog Sektoral. Dialog sektoral tidak ada jaminan. Apa jaminan dialog sektoral ?
Baca juga : Yang Membuat Papua Unik Di Indonesia  

This post have 0 komentar

1. Dibutuhkan Kritik dan Saran Yang Membangun
2. Kritik dan Saran Harus Sesuai Konten Tulisan
3. Terima Kasih Telah Berkunjung
EmoticonEmoticon

Next article Next Post
Previous article Previous Post